newww

Tuesday, June 30, 2009

cerpen siri 3- siapa mereka pada aku?

Tatkala aku bersendirian pasti kenangan itu datang kembali mengusik ketenanganku. Mengapa begitu payah sekali kurasa untuk lari dari bayangan itu? Apa perlu aku hidup bersama kenangan itu sepanjang kedewasaan ini? Adakah itu liku yang harusku tempuhi? Jika benar, apakah aku tidak punya kenanganku sendiri? Kenangan yang memberi warna kehidupan padaku. Seperti warna-warna perayaan diwali yang begitu indah serta riang sekali. Perayaan yang penuh dengan kegembiraan dan tawa yang acap kali kedengaran keriangan. Itulah kehidupan yang aku impikan.
Namun, aku akur, kehidupan tidak selalu penuh dengan warna keriangan.Kehidupan tanpa warna kedukaan tidak akan membawa erti. Duka serta lara itulah yang banyak mengajar manusia erti sebenar kehidupan. Namun, padaku, teman-temanku adalah warna-warna diwali yang menghiasi duniaku. Mahupun warna itu suka atau duka, mereka tetap ibarat warna-warna diwali di sanubariku.

" Maya, yang engkau duduk kat tepi tingkap siap peluk langsir tu apasal?"
" Eh, kau Sepet. Aku ingat sape tadi, " tegur aku.

Detik itu juga segala lamunanku berlalu pergi hilang di sebalik kehijauan rimba. Aku sendiri tidak tahu sampai bila aku harus hidup dalam kenangan lalu.Kenangan yang aku semat rapi di anjung memori. Hendak ku lepaskan pergi, terbit rasa sayang. Ah, mengapa timbul soal sayang pula pada kenangan yang menjerat hatiku ini?

"Aah, akulah. Sape lagi yang ada kunci bilik ni Maya?" soal Sepet.
"Kalu iye pun rindu kat aku, tak perlulah nak peluk langsir tu," sendanya.

Kalau lah kau tahu Sepet, rindu aku ni pada siapa? Kalau lah dia yang aku rindu di sisi aku seperti kau Sepet, pasti takkan pernah aku peluk langsir ni.Kau memang sentiasa dekat denganku, tapi aku tetap terkenang yang jauh. Aku pohon kemaafan Sepet andai aku tidak mampu jadi teman terbaikmu.

seandainya,
lautan mampu ku renangi,
telah ku bertapak di situ,
menghela nafas di bumi asing,
berteman armada kasih di jiwa,
inginku curahkan semuanya,
buat belahan hatiku,
tidak ada yang sisa,
biar jiwa ini,
tidak lagi terbeban,
dek rinduku pada
dia yang bergelar hawa,



seandainya,
lurah mampu ku turuni,
sudah aku di sisimu,
menemanimu tiap detik dan ketika,
kala kau berteman duka,
ada aku mengukir senyum
di bibirmu,
saat kau dirundung awan gelap,
tanganku dihulur seikhlasnya,
buat menyeka air matamu,


seandainya,
diriku ini punya kudrat,
takkan aku masih di sini,
ibarat pungguk di pohon,
bulan jauh nun di langit,
sekadar memendam rindu,
yang menggila,
hawa itu bulan,
dan akulah pungguknya,
tetap setia menanti,
walau itu kebencianku,
namun hanya buatmu hawa. nukilan:Maya Khalisa


"Maya, kau rindu pada Intan?" duga Sepet.
"Eh, mana la ada Sepet.Kau ni pandai je nak meneka," selindungku sambil tanganku perlahan menyeka air mata jernih yang sedang membasahi pipi.

" Kau jangan nak tipu aku.Betulkan?"soalnya lagi.
"Betul Sepet. Tak ada."

"Kalau tidak apa makna ni?" soalnya sambil menghulurkan sekeping kertas.